Sunday, March 25, 2012

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM METODE PENELITIAN KEHUTANAN

I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Lahan hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi  oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah tertentu.  Lahan hutan juga berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
            Pohon  adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun, Suatu kumpulan pepohonan dianggap lahan hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.
            Lahan hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman


B.       Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1.        Praktikan  mengetahui laju pertumbuhan tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
2.        Praktikan dapat membedakan antara tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu:
1.        Kita dapat mengetahui laju pertumbuhan tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
2.         Kita dapat membedakan antara tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
C.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikun ini yaitu:
1.        Apakah dengan adanya perlakuan atau perberian pupuk organik (kotoran kambing) pada tanaman Eboni dyospirospilosantera berpengaruh atau tidak?
2.        Apakah dengan perbedaan ukuran pemberian perlakuan atau pupuk organik berpengaruh atau tidak?
3.        Apakah ada perbedaan pada tanaman Eboni dyospirospilosantera yang diberi perlakuan dengan yang tidak?
II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.      Deskripsi Tanaman
a.        Sistem Klasifikasi
Eboni
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Ebenales
                             Famili:
Sapotaceae
                                 Genus:
Diospiros
                                     Spesies: Diospiros celebica
Kayu Eboni (Diospyros celebica Back) atau yang lebih dikenal dengan kayu Hitam adalah salah satu jenis kayu spesifik (asli) Sulawesi yang termasuk jenis kayu mewah (fancy wood) yang tumbuh tersebar di Sulawesi terutama Sulawesi Tengah (Kabupaten Parigi,Poso, Donggala,Toli-Toli, Kolonodale dan Luwuk), Sulawesi Selatan (Kabupaten Maros, Barru, Luwu dan Mamuju) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Minahas dan Bolaang Mongndow).( Admin, 2011 ).
b.        Penyebaran
Jenis ini hanya terdapat di Pulau Sulawesi, di hutan primer pada tanah liat, pasir atau tanah berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan ketinggian mencapai 600 m dpl. Secara alami, kayu hitam sulawesi ditemukan baik di hutan hujan tropika maupun di hutan peluruh .Kayu ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Pasar utamanya adalah Jepang. Pasar sekunder adalah Eropa dan Amerika Serikat. Karena perkembangan populasi yang lambat dan karena tingginya tingkat eksploitasi di alam, kini kayu hitam sulawesi telah terancam kepunahan. Ekspor kayu ini mencapai puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar 26,000 m3, dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus menurun karena kekurangan stok di alam. Untuk melindunginya, kini IUCN menetapkan statusnya sebagai rentan (vulnerable ) dan CITES memasukkannya ke dalam Apendiks 2.( Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and W.C. Wong (Eds.), 1995).

Telah disebutkan bahwa dua buah gen yang berangkai akan cenderung untuk tetap bersama-sama di dalam gamet yang terbentuk. Akan tetapi, di antara keduanya masih terdapat pula kemungkinan untuk mengalami segregasi dan rekombinasi sehingga akan diperoleh kombinasi gen-gen seperti yang dijumpai pada gamet tipe rekombinasi. Terjadinya segregasi dan rekombinasi dua buah gen berangkai ini tidak lain karena mereka mengalami peristiwa yang dinamakan pindah silang (crossing over), yaitu pertukaran materi genetik (gen) di antara kromosom-kromosom homolog. (Huzaifah Hamid, 2009).
a.        Morfologi
batang
Pohon eboni berperawakan kekar, dapat tumbuh besar dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 80 cm dan tinggi total mencapai 25 m. Umumnya berbatang monopodial, tetapi beberapa pohon dijumpai batangnya bercagak. Batang pohon lurus berbentuk silindris sampai berlekuk. Tinggi bebas cabang berkisar antara 1,5 m sampai 8 m. Pohon matoa tahan pemangkasan, sehingga dapat dilakukan pemangkasan untuk memanipulasi ketinggian pohon dan bentuk tajuk.
Percabangan pohon banyak dengan arah cabang miring hingga datar.
Percabangan simpodial. Panjang dan kerapatan cabang kelihatannya dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Pada tanah subur percabangan eboni membentuk tajuk rapat membulat sampai agak mengerucut. Pada tanah yang kurang s. ubur percabangan pohon tidak teratur membentuk tajuk tipis, ramping dan tidak teratur (Anonim, 2010).
b.        Sistem Silvikultur
Meskipun dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup mahal sejauh ini eboni belum dibudidayakan secara intensif. Buah yang diperjualbelikan di pasar lokal berasal dari pohon yang tumbuh secara alami di kebun masyarakat atau kawasan hutan sehingga ketersediaannya terbatas dengan kualitas buah yang beragam. Apalagi sebagian masyarakat memanen buah matoa dengan menebang pohonnya sehingga dari waktu ke waktu ketersediaan pohon penghasil buah semakin berkurang. Di lain pihak, kelezatan buah eboni yang khas semakin banyak peminatnya, bahkan sampai ke luar daerah Papua. Semakin tersedianya sarana transportasi antar pulau semakin memudahkan distribusi buah matoa ke luar Papua. Memperhatikan berbagai hal tersebut buah eboni dinilai cukup potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan sebagai buah unggulan lokal Papua. Selain menyediakan alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat, budidaya juga akan menunjang kelestarian pohon matoa. Pengembangan matoa sebagai komoditas buah unggulan lokal akan berperan positif bagi ekonomi masyarakat bila kegiatan tersebut melibatkan masyarakat secara aktif, yaitu masyarakat sebagai pelaku utama pembudidayaan matoa di lahan mereka. Pengembangan eboni oleh masyarakat akan berhasil bila teknik budidaya yang dikembangkan dapat mereka terapkan. Oleh karena itu teknik budidaya yang dikembangkan harus sesuai dengan nilai dan kapasitas teknologi masyarakat (Waluyo, 2008).

c.         Manfaat

Saat ini pemanfaatan kayu eboni di dalam negeri sebatas pada barang kerajinan dan meubel pada industri rakyat. Kurang bervariasinya pemanfaatan kayu hitam ini terutama karena tingkat teknologi dan modal masyarakat. Sementara di luar negeri pengolahannya sangat bervariasi sehingga permintaan akan kayu ini sebagai bahan baku industri sangat tinggi, sehingga mendorong maraknya ilegal logging dan ilegal ekspor. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengolahan dan pemanfaatan yang lebih optimal lewat industri-industri perkayuan yang terintegrated. (Anonim, 2008.)
Kayu eboni termasuk kayu lux dengan nilai dekoratif dan ekonomis yang sangat tinggi sehingga banyak digunakan untuk pembuatan mebeler, dekorasi (hiasan) dan lain-lain. (Erniwati 2003).
Pola pemanfaatan hutan dari hanya memanfaatkan hutan dengan mengumpulkan bahan makanan menjadi mengusahakan bahan makanan, praktek pembukaan hutan untuk lahan pertanian telah dimulai sejak manusia mengenal tehnik-tehnik pertanian. (Handoyo cipto, 2008).
Pemanfaatan hutan untuk lahan pertanian yang mereka lakukan adalah dengan cara mpang sari, yaitu menanam beberapaba bagian kosong dari hutan dengan tanaman pangan seperti singkong, ubi atau jagung. Pada awal sebelum adanya otoritas perhutani yang melarang warga desa untuk membuka hutan, warga membuka hutan dengan menebang pohon-ohon besar dan katu-kayu besarnya diambil untuk keperluan pertukangan mulai dari pembuatan rumah hingga pembuatan perabotan rumah tangga, sedangkan embersiahn lahan mereka lakukan dengan cara membakar semak-semak yang masih tumbuh, hal ini dilakukan tentunya agar pekerjaan tyidak memerlukan waktu yang lama. (Handoyo cipto, 2008).
d.        Hipotesis
                Pengaruh pemberian pupuk kotoran kambing pada tanaman  eboni dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut. (Miradi, E. 2008).
A.      Pupuk Organik (kotoran kambing)
                Fungsi dan manfaat pupuk telah diketahui orang. Tak sedikit yang hafal fungsi masing-masing unsur hara penyusun pupuk. Nitrogen (N) bermanfaat untuk daun, phospor (P) untuk pembungaan, dan kalium (K) untuk buah. Banyak buku, majalah, dan brosur pertanian yang menjelaskan hal tersebut. Namun demikian jarang yang menjelaskan perihal mekanisme dan proses penyerapan pupuk oleh tanaman. Hal yang terakhir ini akhirnya menimbulkan beberapa kontroversi dalam hal pemupukan. Disisi lain, kontroversi seputar pemupukan justru dimanfaatkan oleh beberapa produsen pupuk untuk menambah nilai jual dan sebagai alat persaingan dagang. (Rahayu, 2006).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Pupuk mengenal istilah makro dan mikro, meskipun belakangan ini jumlah pupuk cenderung makin beragan dengan aneka merek, namun kita tidak akan terkecoh apapun namanya dan dari Negara manapun pembuatnya. Dari segi unsure yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan mikro. Adapun sebagai patokan dalam membeli pupuk yaitu mengenai unsure yang dikandungnya. Untuk jelasnya ada baiknya jenis-jenis pupuk dikelompokkan terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan karena hingga kini jenis pupuk yang beredar dipasaran sudah sangat banyak. Pupuk hingga saat ini sudah membudaya pada petani, petani dan pupuk seolah sudah menyatu sehingga tidak perlu heran kalau banyak petani yang merasa enggan menanam sesuatu tanpa member pupuk. Bagi mereka, pupuk sudah merupakan barang jaminan untuk bias menghasilkan tanaman yang tumbuh subur dengan hasil berlimpah, kendati hasilnya tidak selamanya begitu. (Prihmantoro, 1996).
Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah perta­nian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotor­an hewan/ ternak dan urine (Karman, 2009).
Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki rasio C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman secara langsung (Agung, 2009).
I.                   METODE PENELITIAN
A.      Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Arboretum Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari, pada setiap hari saptu pukul 07.00 WITA sampai selesai.
B.       Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Pupuk organik (kotoran kambing).
2. Tali rafiah.
3. Botol aqua
4. Air bersih
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Pacul
2. Parang
3. Alat tulis menulis
4. Meteran pita
5. Kamera
6. Kalifer



B.       Rancangan
Rancangan yang digunakan pada praktikum ini yaitu rancangan acak kelompok yang terdiri 3 kelompok dan terdiri dari 5 kali masing-masing perlakuan dan diulang sebanyak 3 kelompok.

C.      Prosedur Praktikum
a.        Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan disetiap pelaksanan praktikun atau disetiap hari
sabtu.
b.        Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk organik dilakukan setiap minggu atau setiap pelaksanaan praktikum dengan ukuran yang berbeda-beda.
c.         Pemeliharaan
Pembersihan lahan dilakukan disetiap pelaksaan praktikum atau setiap minggu.





II.                HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Hasil pengamtan rata-rata tinggi, diameter batang, jumlah daun di sajikan pada tabel. 1 2 dan 3.
Tabel. 1. Rata-rata tinggi tanaman.
Perlakuan
Kelompok
Rata-rata
I
II
III

Ao
37,2
43,8
54,2
45,1
A1
34,6
46,6
39,4
40,2
A2
34,4
43,6
52,2
43,4
A3
56,5
30,0
55,6
47,4
A4
50,0
42,4
31,0
41,1
A5
44,5
53,3
40,2
46,0
A6
46,8
61,6
32,2
46,9
A7
46,0
46,2
62,6
51,6
A8
46,2
42,8
32,2
40,4
A9
46,7
41,8
67,4
51,9







Tabel. 2. Rata-rata diameter tanaman
Perlakuan
Kelompok
Total
I
II
III
Ao
1,20
2,54
0,64
1,46
A1
0,58
0,54
0,52
0,55
A2
0,62
0,78
0,68
0,69
A3
0,75
0,38
0,64
0,59
A4
0,68
0,56
0,40
0,55
A5
0,50
0,90
0,64
0,68
A6
0,48
0,64
0,46
0,53
A7
0,75
0,48
0,92
0,72
A8
0,64
0,66
0,44
0,58
A9
0,75
0,60
0,76
0,70
Tabel. 3. Rata-rata jumlah daun tanaman
Perlakuan
Kelompok

Total
I
II
III

Ao
10,40
9,40
14,00
11,27
A1
6,60
5,00
6,80
6,13
A2
10,00
12,60
13,00
11,87
A3
12,00
10,00
15,60
12,53
A4
7,00
6,40
8,00
7,13
A5
10,25
16,00
10,80
12,35
A6
5,20
14,80
9,00
9,67
A7
10,75
9,40
13,20
11,12
A8
9,40
15,25
6,60
10,42
A9
14,25
9,00
16,80
13,35


B.       Analisis Data
Analisis data pada praktikum ini yaitu pada minggu pertama sangat berbeda dengan minggu ke dua, dimana minggu pertama belum diberi perlakuan atau pupuk organik (kotoran kambing). Dengan adanya perlakuan pada tanaman Eboni dyospirospilosantera membantu proses lajunya pertumbuhan terutama tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.











C.      Pembahasan
Eboni atau kayu hitam (Diospyros celebica) merupakan flora endemik yang ada di pulau Sulawesi, dengan daerah penyebaran di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pohon Diospyros celebica dapat mencapai tinggi 40 m, diameter 100 cm, dengan tajuk berbentuk selindris sampai kerucut, percabangannya agak lateral dengan percabangan sangat kokoh. Sistem perakaran sangat dalam, luas dan intensif. Kulit luar berwarna hitam dan mengelupas kecil-kecil sejalan dengan bertambahnya umur pohon. Bunga berukuran kecil, buah berdaging dan merupakan makanan bagi satwa baik burung maupun mamalia.  Diospyros celebica dapat tumbuh pada berbagai type tanah, mulai dari tanah berkapur, tanah liat sampai tanah berpasir atau berbatu dan tofografi miring sampai curam berkisar 15 – 65% pada ketinggian 28,5 m sampai 450 m dpl. Pada hutan alam di Sulawesi jenis ini banyak ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan lebih dari 1500 mm.
Sejak dulu kayu eboni banyak digemari orang karena merupakan jenis kayu mewah (faney wood) yang sangat populer, bukan saja karena kekuatan dan keawetannya yang tergolong kelas I, tetapi warna dan corak kayunya yang mempunyai nilai artistik tersendiri sehingga menyebabkan nilai pemanfaatannya tinggi. Kayu Eboni biasanya digunakan sebagai bahan meubel, patung, ukiran, hiasan dinding, alat musik, kipas dan kayu lapis mewah. Sementara di Jepang sebagai negara utama tujuan ekspor kayu eboni beranggapan bahwa, apabila perabotan rumah tangganya berasal dari kayu eboni dapat meningkatkan status sosialnya.
Upaya pelestarian eboni dipengaruhi berbagai faktor, termasuk pemanfaatannya, sehingga pelestariannya haruslah merupakan kegiatan terpadu dalam suatu pengelolaan, mulai dari penanaman bibit sampai kepada pemanfaatannya menjadi barang jadi, sehingga dapat memberikan nilai optimal, tidak hanya nilai ekonomi tapi juga nilai ekologis dan nilai sosial budaya, mengingat jenis ini merupakan jenis endemik Sulawesi.
Dalam upaya pelestarian eboni, hal-hal yang dapat dan telah dilakukan adalah Upaya perlindungan, meliputi perlindungan di dalam negeri melalui SK atau Perda yang sesuai untuk pelestarian eboni, perlindungan internasional, untuk mengendalikan penyelundupan yang semakin marak, sehingga kontrol perdagangan internasional melalui CITES sangat diperlukan.
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada tanaman Eboni dyospirospilosantera di  lahan Arboretum Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Kayu Eboni dyospirospilosantera merupakan kayu yang bermutu atau berkualitas tinggi. Dimana pada tanaman tersebut kami memberikan perlakuan dengan sistem acak yang terdiri dari 3  kelompok dan masing-masing terdiri dari 5 kali perlakuan. Dengan adanya perlakuan atau pemberian pupuk organik disetiap praktikum atau setiap minggunya maka sangat membantu proses lajunya pertumbuhan pada tanaman Eboni (Diospyros celebica) tersebut.
















III.             PENUTUP
A.                Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1.      Dapat  mengetahui laju pertumbuhn tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
2.      Dapat membedakan antara tanaman Eboni dyospirospilosantera yang telah diberi perlakuan dan yang tidak.
B.       Saran
Sebaiknya praktikum ini dilakukan pada saat sore hari agar air penyiraman tanaman tidak cepat atau mudah kering.

SKRIPSI PERAN WANITA TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

  I. PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Gerakan wanita atau lebih dikenal sebagai gerakan gender sebagai gerakan politik sebenarnya...